Minggu, 27 Mei 2012

Reaksi hormonal saat jatuh cinta

kamu tau gak kalau ternyata, jatuh cinta merupakan perpaduan dari proses biologis dan reaksi kimiawi dalam tubuh manusia? Perpaduan reaksi-reaksi kimia dari hormon-hormon dalam sel-sel tubuh ini menghasilkan reaksi dan perasaan yang disebut dengan cinta. Sejumlah ilmuwan berhasil meneliti reaksi hormonal yang biasa terjadi pada orang yang jatuh cinta.
Hasil penelitian yang dilakukan Dr. Domeena Renshaw dari Universitas Loyola, menemukan bahwa aliran darah meningkat drastis ke pusat otak ketika orang jatuh cinta. Aliran darah tersebut terfokus ke bagian otak yang dipercaya memiliki pengaruh sama seperti saat orang mengalami kecanduan obat.
Penelitian lain yang dilakukan menurut Helen Fisher, peneliti dari Universitas Rutgers New Jersey dan Profesor Arthur Arun dari York Pshychologist, menemukan bahwa ada tiga tahapan reaksi hormonal yang terjadi saat orang mengalami jatuh cinta.

Tahapan pertama adalah gairah (lust)
Tahap ini dikendalikan oleh hormon seksual Anda, yaitu testosterone pada laki-laki dan estrogen pada perempuan. Hormon inilah yang menyebabkan Anda merasa tertarik pada lawan jenis. Menurut penelitian dari beberapa pakar psikologi, butuh 90 detik hingga 4 menit bagi seseorang untuk tertarik atau ‘jatuh cinta’ dengan seseorang. Seseorang bisa ketahuan jatuh cinta melalui tanda-tanda berikut ini:
  • Bahasa tubuh/gesture (55 %) misalkan; gugup, menunduk, salah tingkah, dll.
  • Nada suara (38 %) misalkan; jadi gagap, atau malah membisu.
  • Apa yang mereka katakan (7%) misalkan; tiba-tiba jadi tidak fokus hingga salah bicara, atau berbicara tapi secara tidak sengaja tentang si target.
Tahapan kedua adalah ketertarikan (attraction)
Ini adalah tahapan dimana Anda benar-benar tertarik dan jatuh cinta. Para ahli meneliti ada 3 hormon yang bekerja keras di tahap ini, yaitu;
  • Adrenaline
Hormon  ini menaikkan tekanan darah dan bikin jantung Anda berdetak lebih kencang saat bertemu dengan si dia. Hormon inilah yang membuat Anda jadi berkeringat karena deg-degan dan mulut menjadi kering.
  • Dopamine
Inilah hormone yang membuat Anda yang sedang jatuh cinta tiba-tiba memiliki semangat ekstra dan tak mudah capek. Jangan heran kalau Anda tiba-tiba menemukan teman Anda yang butuh waktu lebih dari 4 jam di jalan untuk mengantar jemput si dia. Atau teman Anda yang sengaja memperpanjang jarak tempuh dari kantor ke rumah hanya untuk mengantar pulang si dia yang arahnya berbeda dengan Anda hingga Anda harus sampai di rumah larut malam.  Menurut para ahli efek hormon ini sama dengan kokain.
  • Serotonin
Kalau tiba-tiba Anda tidak bisa menyingkirkan bayangan wajahnya dari hati dan pikiran Anda hingga Anda susah makan, ataupun tidur. Sudah dapat dipastikan Anda sedang dijangkiti virus cinta akut. Penderitanya bisa berubah menjadi stalker, pengagum rahasia yang tidak akan melewati satu info pun tentang Anda.
Seorang ilmuwan Italia, Dr. Donatella Marazitti sempat meneliti bahwa level serotonin seseorang yang sedang jatuh cinta sama dengan level serotonin yang dimiliki pasien penderita ‘Obsessive Compulsive Disorder’ (OCD). Nah loh. Agak serem yah…
Tahapan ketiga adalah keterikatan (attachment)
Kedekatan Anda dengan si dia dalam waktu yang lama akan mendorong hormon-hormon berikut bekerja;
  • Oksitosin
Hormon ini yang bikin Anda selalu ingin berdekatan dengan si dia. Ingin menggandeng tangannya, memeluk atau hanya duduk di dekatnya. Melihat sekelebat dirinya saja terasa damai.  Hingga Anda harus mencuri-curi waktu untuk sekedar melihatnya dari kerumunan.
  • Vasopressin
Hormon inilah yang mendorong Anda untuk menjaganya. Anda selalu ingin memberikan yang terbaik untuk dirinya. Anda berusaha menjadi ‘hero’ untuknya. Anda ingin dirinya menjadi milik Anda untuk jangka waktu yang lama.Anda akan jauh lebih posesif dari tahapan sebelumnya.

Rabu, 23 Mei 2012

Discovery of Elements with Atomic Number Z > 112

The Presidents of IUPAC and IUPAP have appointed a new Joint Working Party (JWP) to consider claims for the discovery of new elements. 
 The names of the members of this JWP are 
 Prof. R C Barber (University of Manitoba)
Dr. Graziano Fortuna    (Vice-president, INFN
Prof. Paul J. Karol (Carnegie Mellon University)
Prof. Bradley Sherrill   (Michigan State University)
Prof. Emanuele Vardaci (Universita degli Studi di Napoli Federico II)
Emeritus Professor Toshimitsu Yamazak (Heavy Ion Nuclear Physics Laboratory, RIKEN)
The discoveries of all elements up to and including copernicium, atomic number 112, and also those of elements with atomic numbers 114 and 116, which are currently awaiting finalisation of the naming process, have been assigned.
The new JWP wishes therefore to consider claims for the discovery of all the remaining elements in that period for which no assignments have yet been made: namely elements with atomic numbers 113, 115, 117 and 118. It will also consider claims for the discoveries of any elements with atomic numbers greater than 118. 
Claims submitted should be complete and as fully and clearly documented as is possible and should contain full references (widely available sources, no private communications).  They should be accompanied by a commentary that, for example, explains any apparent conflicts or omissions in the documentation presented. 
Because this is a new examination, all the details of published individual values for any element for which a claim is made is required. 

Selasa, 22 Mei 2012

my assignment

guru sejarahku ngasih tugas tentang pendapat ahli mengenai G30SPKI, aku udah berusaha sebisa mungkin nyari di internet tapi ga dapet" .
ihh bete banget deh ..

Selasa, 15 Mei 2012

New Dangerous Chemical Substance in Stockholm Convention

Konferensi Para Pihak telah memasukkan daftar sembilan bahan kimia berbahaya atau persistent organic pollutants (POPs) baru ke dalam Konvensi Stockholm melalui pertemuan selama satu minggu awal Mei lalu. Lebih dari 160 pemerintah telah mengikuti konferensi dengan putusan praktis yang akan memperkuat upaya global untuk membasmi zat kimia paling beracun bagi manusia tersebut.
Konferensi Para Pihak telah membuat minggu bersejarah bagi Konvensi Stockholm. Pertama kalinya konvensi diamandemen dengan memasukkan sembilan zat kimia baru. Sebagian besar zat kimia itu saat ini masih digunakan secara luas sebagai pestisida, flame retardants (penahan panas), dan penggunaan komersial lain.
“Pertemuan Jenewa mencapai puncak penting bagi Konvensi Stockholm. Hal penting ini bukan di luar perkiraan. Kami mengetahui dengan jelas bahwa pemerintah di seluruh dunia mengambil risiko yang dikeluarkan zat kimia beracun. Dampak luar biasa dari unsur ini pada kesehatan manusia dan lingkungan telah diakui sekarang dengan menambahkan sembilan zat kimia baru dalam konvensi. Perkembangan ini memperlihatkan perhatian internasional terhadap perlunya pengurangan dan penghapusan secepatnya unsur itu secara global,” kata Achin Steiner, Eksekutif UNEP.
Di pihak lain, putusan yang sinergi dengan suara bulat membuat kolaborasi antara Konvensi Stockholm dan perjanjian sejenis tentang zat kimia dan limbah berbahaya, Konvensi Rotterdam dan Basel. Momentum ini akan menghasilkan langkah dalam sesi khusus Forum Menteri Lingkungan Internasional Dewan Pemerintah UNEP pada Februari 2010, dimana Konferensi Para Pihak luar biasa akan mengikutinya. Untuk pertama kalinya kelompok kerja yang diperluas akan terdiri dari tiga zat kimia dan perjanjian limbah dalam bagian Konferensi Para Pihak.
Suatu putusan penting tercapai pada pengesahan kerjasama DDT global. Ketika DDT ditargetkan untuk dihapuskan, konvensi melihat bahwa beberapa negara akan melanjutkan menggunakan pestisida ini untuk melindungi warganegaranya dari malaria dan penyakit lainnya.
Jaringan Eliminasi PCB juga mengajukan. Negara-negara sekarang telah memperkuat upaya untuk menghapus setahap demi setahap polychlorinated biphenyls atau PCBs melalui kerangka kerjasama untuk mendukung negara-negara dalam pembuangan dan pengelolaan ramah lingkungan unsur tersebut. Jaringan akan diperkuat dengan menetapkan data kunci dan evaluasi apakah penggunaan PCBs menurun.
Konferensi juga mengkaji ulang proses evaluasi efektifitas konvensi dalam pengurangan POPs. Program monitoring global mengembangkan berdasarkan berbagai sistem monitoring regional dan nasional yang akan menghasilkan tren gambaran seluruh dunia dalam kuantitas dan jenis POPs di lingkungan dan tubuh manusia.
Pesan konferensi jelas: tanpa Meeting the Challenges of a POPs-free Future, jejak keberadaan zat kimia beracun ini akan tertinggal dan upaya global untuk meminimalkan dampaknya pada kesehatan manusia dan lingkungan akan gagal. Dalam suatu langkah besar ke depan, pemerintah seluruh dunia telah bersatu di bawah Konvensi Stockholm minggu lalu untuk mengangkat isu zat kimia pada agende utama.
Konvensi Stockholm menargetkan pestisida berbahaya tertentu dan zat kimia industri yang dapat membunuh manusia, merusak sistem kekebalan dan syaraf, menyebablan kanker dan kelainan reproduksi serta bertentangan dengan perkembangan anak dan bayi normal.
Sembilan zat kimia baru yang terdaftar menurut Konvensi Stockholm adalah:
- Alpha hexachlorocyclohexane, Annex A;
- Beta hexachlorocyclohexane, Annex A;
Walaupun intensitas penggunaan HCH alpha dan beta sebagai insektisida telah dihapus tahun lalu, zat kimia ini tetap diproduksi sebagai hasil sampingan lindane yang tidak disengaja. Kira-kira 6-10 ton isomers lain termasuk HCH alpha dan beta hasil dari tiap ton produk lindane.
- Hexabromodiphenyl eter dan heptabromodiphenyl eter, Annex A;
- Tetrabromodiphenyl eter dan pentabromodiphenyl eter, Annex A;
Bromodiphenyl Eter adalah suatu kelompok zat organik brominated yang menghalangi pembakaran dalam material organik, yang digunakan sebagai flame retardants tambahan. Diphenyl Brominated Eter sebagian besar sebagai campuran komersil dimana beberapa isomer, congeners dan sejumlah kecil unsur lain terjadi.
- Chlordecone, Annex A;
Chlordecone adalah campuran organik chlorine buatan, yang sebagian besar digunakan sebagai pestisida pertanian. Pertama diproduksi tahun 1951 dan dikenalkan secara komersial pada 1958. Penggunaan atau produksinya sekarang tidak ada laporan.
- Hexabromobiphenyl, Annex A;
Hexabromobiphenyl (HBB) adalah zat kimia industri yang digunakan sebagai flame retardant, sebagian besar di tahun 1970. Berdasar data, HBB tidak lagi diproduksi dan tidak digunakan dalam produk sekarang.
- Lindane Annex A;
Lindane digunakan secara luas sebagai insektisida benih dan perawatan lahan, aplikasi foliar, pohon dan perawatan kayu serta melawan ektoparasit dalam perawatan hewan dan manusia. Produksi lindane telah berkurang dengan cepat terakhir ini dan hanya sedikit negara yang masih menghasilkannya.
- Pentachlorobenzene, Annex A and C;
Pentachlorobenzene (PeCB) telah digunakan dalam produk PCB, turunan dyestuff (bahan pewarna tekstil), sebagai fungisida, flame retardant dan suatu perantara bahan kimia seperti produksi quintozene dan mungkin masih digunakan untuk tujuan ini. PeCB juga diproduksi tanpa sengaja selama pembakaran dalam proses industri dan yang berkenaan dengan panas.
Nampak sebagai suatu ketidakmurnian dalam produk seperti bahan pelarut atau pestisida.
- Perfluorooctane sulfonic acid, dan perfluorooctane sulfonyl fluoride, Annex A atau B;
PFOS adalah yang diproduksi atau produk turunan yang tidak diharapkan terkait bahan-kimia anthropogenic. Penggunaan PFOS yang disengaja sekarang tersebar luas dan ditemukan dalam produk seperti elektris dan bagian elektronik, fire fighting foam, photo digital, tekstil dan cairan hidrolik. PFOS masih diproduksi beberapa negara-negara sekarang.
Sebanyak 12 inisial POPs yang tercover oleh konvensi meliputi 9 pestisida (aldrin, chlordane, DDT, dieldrin, endrin, heptachlor, hexachlorobenzene, mirex and toxaphene), dua zat kimia industri (PCBs seperti hexachlorobenzene yang juga digunakan sebagai pestisida dan hasil sampingan produk yang tidak disengaja, dioksin dan furan

Kamis, 10 Mei 2012

aaaaaaaa

tugas gue numpuk bangettt...
biasanya gue santai skrg gue kelimpungan ngerjain tugas-tugas yg tiba-tiba ngeroyok gue...
mana bentar lg mau semesteran....

hhhhhhh, gue pgn libur sehariiiiiii aja biar gue bsa ngerjain tugas gue seharian itu sampe selesai..

Sejarah

senengnya ga jadi ulangan sejarah..
tapi sekarang malah dikasih tugas lagi sm guru sejarah..
ahh bete, mna tugasnya susah lagi..
nyari-nyari di internet tapi hasilnya malah ngawur ..

Selasa, 08 Mei 2012

Ulangan

hari-hariku di sekolah  mulai melelahkan..
sepupuku bilang saat ini ia sedang menjalani sekolah dengan santai sambil menunggu ujian kenaikan kelas, tapi hal itu tdk terjadi padaku..
aku justru semakin sibuk..
aku harus mempersiapkan diri untuk ulangan harian bbrpa mata pelajaran, tes di nurul fikri, dan yg terpenting adalah ujian kenaikan kelas...
aku merasa seperti masih belum siap untuk semua itu... :(
tapi aku ingin berusaha semampuku dan terus mananamkan pikiran bahwa sbnrnya tes-tes itu hanya untuk menguji kepahamanku akan pelajaran-pelajaran di sekolah.
senantiasa pula aku panjatkan Doa kepada Sang Maha Kuasa dengan penuh harap semoga prestasiku semakin meningkat...

Minggu, 06 Mei 2012

what's timoxeline barbebutenol?

in "Johnny English Reborn", we heard a chemical substance that named timoxeline barbebutenol.
but. do we know what is timoxeline barbebutenol?
let's check this out!


timoxelin barbebutenol (C11H18N2O3) is a barbiturate, any of a class of organic compounds used in medicine as sedatives (to produce a calming effect), as hypnotics (to produce sleep), or as an adjunct in anesthesia. Barbiturates are derivatives of barbituric acid (malonyl urea), which is formed from malonic acid and urea. Barbital was first synthesized in 1903, and phenobarbital became available in 1912. Barbiturates act by depressing the central nervous system, particularly on certain portions of the brain, though they tend to depress the functioning of all the body’s tissues. Most of them exert a sedative effect in small doses and a hypnotic effect in larger doses.
Barbiturates are classified according to their duration of action. The effects of long-acting barbiturates, such as barbital and phenobarbital, may last for as long as 24 hours; these drugs are used in conjunction with other drugs for the treatment of epilepsy, in which their prolonged depressant action helps prevent convulsions. Barbiturates of intermediate duration of action, such as amobarbital and butabarbital sodium, act for 6 to 12 hours and are used to relieve insomnia. Short-acting barbiturates, such as pentobarbital and secobarbital, are used to overcome difficulty in falling asleep. Ultrashort-acting barbiturates, such as thiopental sodium and thiamylal, are used intravenously to induce unconsciousness smoothly and rapidly in patients about to undergo surgery, after which gaseous anesthetics are used to maintain the unconscious state. The barbiturates have largely been replaced as sedatives by the benzodiazepines and other minor tranquilizers.
The prolonged use of barbiturates—especially secobarbital and pentobarbital—may cause the development of a tolerance to them and require amounts much larger than the original therapeutic dose. Denial of a barbiturate to the habitual user may precipitate a withdrawal syndrome that is indicative of physiological dependence on the drug. An overdose of barbiturates can result in coma and even death due to severe depression of the central nervous and respiratory systems.
The abuse of barbiturate drugs became highly prevalent in Western societies between the 1940s and ’70s. In North America barbiturates were widely used by youth gangs and deviant subcultures as depressants and attracted notoriety because they were often taken in combination with other substances (e.g., stimulants such as amphetamines). Alcohol greatly intensifies the depressant effect of barbiturates, and in the 1950s and ’60s, barbiturates taken with alcohol became a common agent in suicide cases. Collectively, barbiturates became known as “thrill-pills” or “goofballs,” and they became a frequent target of anti-drug campaigns. The use and availability of barbiturates in the United States declined steeply following the federal Comprehensive Drug Abuse Prevention and Control Act of 1970. As a street drug, barbiturates were largely replaced by other substances during the 1970s, especially by PCP.